Parkinson Indonesia

logo parkinson
Jangan Abaikan Gejala Awal Stroke

Jangan Abaikan Gejala Awal Stroke

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana tubuh kita bekerja? Otak adalah pusat kendali segalanya. Ia mengatur kita bernapas, bergerak, berbicara, berpikir, bahkan merasakan emosi. Ibarat sebuah komputer super canggih, otak membutuhkan pasokan energi dan nutrisi yang konstan agar bisa berfungsi optimal. Pasokan ini dibawa oleh darah melalui jaringan pembuluh darah yang rumit.

 

Namun, apa jadinya jika pasokan darah ke otak tiba-tiba terganggu? Seperti listrik padam di rumah, bagian otak yang tidak mendapatkan darah akan berhenti bekerja. Inilah yang kita sebut sebagai stroke, atau sering juga disebut “serangan otak”. Stroke (serangan otak) terjadi ketika aliran darah ke sebagian otak terganggu — entah karena penyumbatan pembuluh darah (stroke iskemik) atau karena pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa darah dan oksigen, sel-sel otak di daerah tersebut dapat rusak atau mati dalam beberapa menit. Kondisi ini adalah keadaan darurat medis yang serius, karena setiap detik sangat berharga. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang untuk meminimalkan kerusakan dan mempercepat pemulihan.

 

Secara global, stroke adalah salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan. Angka menunjukkan bahwa terdapat 12 juta kejadian stroke baru setiap tahun di dunia, dengan 7 juta kematian dan 94 juta orang yang hidup dengan kecacatan setelah stroke. Di Indonesia, stroke juga berada di peringkat atas penyebab kematian dan kesakitan. Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi stroke secara keseluruhan adalah 10,9/1.000, dengan angka berbeda di berbagai provinsi. 

Mengenali stroke sesegera mungkin sangat penting dan kita bisa menggunakan aturan FAST/ ingat tanda-tanda berikut:

  • Wajah (Face): wajah tiba-tiba miring atau turun di satu sisi.
  • Lengan (Arm): kelemahan atau mati rasa pada lengan atau kaki, biasanya satu sisi tubuh.
  • Bicara (Speech): bicara cadel, sulit memahami, atau bicara tidak jelas.
  • Waktu (Time): jika ada tanda-tanda di atas, segera cari pertolongan darurat — waktu sangat penting.

Gejala lain yang dapat dijumpai adalah kebingungan tiba-tiba, gangguan penglihatan di satu atau kedua mata, sakit kepala hebat tanpa sebab, kesulitan berjalan atau pusing parah.

Seseorang yang dicurigai stroke harus segera dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan penanganan yang sesuai. Pada stroke iskemik, penanganan awal berfokus pada menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah sedangkan pada stroke hemoragik, penanganan awal ditujukan pada menurunkan tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Pada kondisi tertentu, pembedahan mungkin diperlukan. Selain pengobatan awal yang dilakukan, salah satu pengobatan tambahan yang diberikan adalah neuroprotektor seperti citicoline.

 

Citicoline (CDP-choline) adalah senyawa yang menjadi prekursor pembentukan fosfolipid membran sel (seperti fosfatidilkolin) dan dianggap memiliki efek neuroprotektif serta membantu proses perbaikan sel saraf. Dari informasi yang dikutip, mekanisme kerja citicoline adalah membantu stabilisasi membran sel, mengurangi kerusakan oksidatif, dan mendukung regenerasi jaringan saraf serta plastisitas. Penelitian yang sudah ada menunjukkan bahwa citicoline dapat memberikan manfaat tambahan pada pemulihan fungsi neurologis dan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari setelah stroke iskemik. Citicoline dipakai sebagai terapi tambahan dalam perawatan stroke iskemik dan fase pemulihan untuk mendukung pemulihan neurologis. Citicoline tersedia dalam bentuk injeksi dan oral; dosis yang digunakan dalam studi bervariasi (mis. 500–2000 mg/hari pada beberapa protokol). Secara umum citicoline relatif aman dan ditoleransi dengan baik; efek samping yang sering dijumpai antara lain mual, sakit kepala. Namun, penggunaan dan dosis harus berdasarkan keputusan dokter yang menangani — jangan menggunakan obat tanpa nasihat medis.

 

Stroke adalah kondisi darurat, jika curiga seseorang mengalami stroke, segera bawa ke rumah sakit. Waktu sangat menentukan hasil. Citicoline dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan untuk membantu pemulihan setelah stroke iskemik, tetapi bukan pengganti pengobatan utama. Diskusikan manfaat, bukti, dan dosisnya dengan dokter atau ahli saraf yang merawat.

 

Referensi:

  1. WHO. Stroke. Things you should know: your risk and how to be prepared [Internet]. 2019 [cited 2025 Nov 5]. Available from: https://cdn.who.int/media/docs/default-source/searo/ncd/ncd-flip-charts/7.-stroke-24-04-19.pdf
  2. Venketasubramanian N, Yudiarto FL, Tugasworo D. Stroke burden and stroke services in Indonesia. Cerebrovasc Dis Extra 2022;12:53-7.
  3. Feigin VL, Brainin M, Norrving B, Martins SO, Pandian J, Lindsay P, et al. World stroke organization: global stroke fact sheet 2025. Int J Stroke 2025;30(2):132-44.
  4. Laporan nasional Riskesdas 2018. Kementerian Kesehatan RI [Internet]. 2018 [cited 2025 Nov 5]. Available from: https://dinkes.babelprov.go.id/sites/default/files/dokumen/bank_data/20181228%20-%20Laporan%20Riskesdas%202018%20Nasional-1.pdf
  5. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) tata laksana stroke. Kementerian Kesehatan RI [Internet]. 2019 [cited 2025 Nov 5]. Available from: https://kemkes.go.id/id/pnpk-2019—tata-laksana-stroke
  6. Secades JJ, Gareri P. Citicoline: pharmacological and clinical review, 2022 update. Rev Neurol. 2022;75(Suppl 5):S1-89.
  7. Qureshi I, Endres JR. Citicoline: a novel therapeutic agent with neuroprotective, neuromodulatory, and neuroregenerative properties. Natural Medicine Journal 2010;2(6):11-25.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *