Efektivitas Operasi Parkinson Berbeda Tiap Pasien — Ini Penjelasan Dokternya
Operasi Parkinson seperti Deep Brain Stimulation (DBS) dan Stereotaktik Brain Lesioning (SBL) telah membantu banyak pasien mengendalikan gejala tremor dan kekakuan. Namun, hasil setiap pasien bisa berbeda-beda. Perbedaan ini bergantung pada kondisi otak, stadium penyakit, hingga dukungan pascaoperasi.
Menurut Dr. dr. Achmad Fahmi, SpBS(K) Subsp.NF, FINPS, IFAANS, bedah saraf fungsional di National Hospital Surabaya, operasi Parkinson adalah terapi personal yang hasilnya sangat bergantung pada seleksi pasien dan evaluasi menyeluruh sebelum tindakan.
Apa Itu Operasi Parkinson?
Operasi Parkinson bertujuan mengontrol aktivitas saraf yang abnormal pada otak penderita. Dua jenis tindakan yang umum dilakukan adalah:
-
Deep Brain Stimulation (DBS) — Menanamkan elektroda di area tertentu otak untuk menstimulasi saraf secara elektrik.
-
Stereotaktik Lesioning (Pallidotomi atau Thalamotomi) — Menghancurkan area kecil otak penyebab gejala motorik yang berat.
Keduanya dilakukan dengan sistem navigasi stereotaktik presisi tinggi, bahkan sering dengan pasien dalam keadaan sadar agar dokter dapat memantau respons secara langsung.
Mengapa Hasil Operasi Parkinson Bisa Berbeda?
1. Stadium dan Lama Penyakit
Efektivitas DBS lebih tinggi pada pasien Parkinson tahap awal hingga menengah. Jika penyakit sudah sangat lanjut atau disertai gangguan kognitif berat, hasilnya bisa lebih terbatas. sumber : Deuschl et al., NEJM, 2006; Okun et al., JAMA Neurol, 2021.
2. Akurasi Penempatan Elektroda
Posisi elektroda menentukan seberapa optimal stimulasi bekerja. Ketepatan milimeter sangat penting dan menjadi alasan mengapa operasi ini dilakukan oleh tim ahli dengan teknologi navigasi otak canggih. sumber : Little et al., Brain, 2016.
3. Jenis Gejala yang Dominan
Tremor, kekakuan, dan gerakan lambat umumnya membaik setelah DBS, tetapi gejala non-motor seperti depresi atau gangguan tidur tidak selalu berubah. sumber : Krack et al., Lancet Neurol, 2019.
4. Kondisi Mental dan Kognitif Pasien
Pasien dengan gangguan daya ingat berat atau depresi parah cenderung memiliki hasil lebih rendah. Karena itu, pemeriksaan neuropsikologis menjadi bagian penting sebelum tindakan. sumber : Bronstein et al., Movement Disorders, 2011.
5. Penyesuaian Pasca Operasi
DBS memerlukan proses programming berulang untuk mencari pengaturan stimulasi terbaik. Setiap pasien memiliki kombinasi optimal yang unik. sumber : Picillo et al., Parkinsonism Relat Disord, 2016.
6. Dukungan Keluarga dan Rehabilitasi
Pasien yang aktif menjalani terapi fisik, mengikuti kontrol rutin, serta memiliki dukungan keluarga yang kuat menunjukkan hasil lebih baik. Operasi hanyalah satu bagian dari perawatan Parkinson yang menyeluruh. sumber : Lim et al., Mov Disord Clin Pract, 2020.
Kesimpulan
Efektivitas operasi Parkinson tidak sama untuk setiap pasien. Faktor seperti stadium penyakit, kondisi otak, teknik operasi, dan rehabilitasi pascaoperasi semuanya berperan besar.
Dengan evaluasi menyeluruh, teknik bedah yang presisi, dan dukungan komprehensif, operasi seperti DBS dapat memberikan peningkatan nyata terhadap kualitas hidup penderita Parkinson.
Referensi
-
Deuschl G, et al. A Randomized Trial of Deep-Brain Stimulation for Parkinson’s Disease. N Engl J Med. 2006.
-
Okun MS, et al. Deep Brain Stimulation and Parkinson’s Disease: The State of the Art in 2021. JAMA Neurology. 2021.
-
Krack P, et al. Deep brain stimulation: from experimental surgery to established therapy. Lancet Neurol. 2019.
-
Little S, et al. Adaptive deep brain stimulation in advanced Parkinson disease. Brain. 2016.
-
Bronstein JM, et al. Deep Brain Stimulation for Parkinson Disease: An Expert Consensus. Movement Disorders. 2011.
-
Picillo M, et al. Programming Deep Brain Stimulation for Parkinson’s Disease. Parkinsonism Relat Disord. 2016.
-
Lim SY, et al. Integrated care and rehabilitation in Parkinson’s disease. Mov Disord Clin Pract. 2020.
